Sistem Absensi Dan Laporan Penggajian

Thursday 5 November 2015

Rumput Liar Menjadi Uang Miliaran

Bagi sebagian orang mungkin rumput liar tak berarti apa-apa. Namun tidak bagi Mawar Yanti (32), rumput liar yang ada di sekitaran rumahnya di hutan Lombok dan Sumbawa adalah hal yang berharga. Bagaimana tidak, dengan rumput liar itu, ia dan warga sekitarnya telah menghasilkan pendapatan yang mensejahterakan semuanya.

Bagaimana caranya? Mawar Yanti bersama warga lain menjadikan rumput liar yang disebut juga dengan ketak ini menjadi aneka kerajinan nampan, tatakan piring, keranjang, tempat perhiasan, hingga tas-tas yang memenuhi selera pasar mode perempuan masa kini.

Hasilnya, kerajinan yang tahan terhadap rayap dan memiliki kekuatan layaknya rotan ini menjadi kerajinan yang unik dan telah mendapat anugerah UNESCO Award dari organisasi di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, saat Trade Expo di Jakarta tahun 2010.

Lalu seperti apakah perjalanan Mawar Art Shop hingga sukses menjadikan rumpt liar menjadi uang miliar ini? Berikut ulasannya.

Ide Awal Perintisan Usaha
Pada awalnya, Mawar Yanti hanya sekedar membantu usaha kakaknya membuat kerajinan dari rumput ketak ini. Kemudian pada tahun 1999 Mawar membuka Mawar Art Shop sebagai usaha perintisan bersama suaminya Suhartono.

Keputusannya untuk membuka Mawar Art Shop dengan ini berasal dari ide untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha kerajinan rumput menjadi usaha yang lebih professional.

Maklum saat sebelum itu pengrajin rumput ketak ditempatnya hanya menjadikan usaha kerajinan ini sebagai sambilan atau sambil lalu saja. Mereka memmproduksi dan kemudian hanya menunggu pembeli datang. Apalagi sejak tragedi Bom Bali tahun 2002, banyak toko kerajinan yang tutup dan orang-orang yang tidak berproduksi lagi karena pembeli yang sepi.

Diakui oleh Mawar bahwa kebiasaan membuat kerajinan rumput ketak ini sudah ada sejak alam di daerahnya di  di Dusun Nyurbaya Gawah, Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Menjemput Pembeli dan Ikut Pameran
Mawar Art Shop sejak pertama kali berdiri memang selalu melakukan strategi menjemput pembeli dan tidak hanya sekedar menunggu. Karena dari strategi itulah, toko kerajinan milik Mawar itu selalu mampu bertahan meski beberapa waktu dihadapkan pada kondisi sulit seperti setelah kejadian Bom Bali tahun 2002.

Strategi lain yang dilakukan Mawar adalah bersama dinas terkait atau bank pemberi kredit rajin mengikuti pameran ke berbagai daerah. Dengan ikut bersama dinas terkait, ia tak harus mengeluarkan uang karena stan yang disinggahinya didapatnya dengan cuma-cuma. Melalui pameran inilah kemudian Mawar bisa mendapatkan penghasilan dari penjualan eceran dan juga pembeli dari partai besar, termasuk eksportir.

Menggiatkan Produkstivitas Warga Setempat
Kini sebanyak 30 perempuan bekerja di Mawar Art Shop. Sebagian besar dari mereka adalah istri-istri yang ditinggal suaminya bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.

Untuk lebih produktif, Mawar juga mengizinkan para pekerja perempuan lain untuk mengerjakan kerajinan rumput ketak itu di rumah mereka masing-masing dengan upah borongan.

Upah untuk para pengrajin sendiri bervariasi, bergantung pada tingkat kerumitan dan ukurannya. Seperti pengerjaan tas tangan berbentuk keranjang kecil selama 3-4 hari diberikan upah Rp 100.000-Rp 150.000 per buah. Kebanyakan mengerjakannya sebagai sampingan setelah selesai memasak dan bebersih rumah atau bekerja di sawah.

Menurut Mawar, wanita-wanita disini pendapatan dari suaminya hanya dikirim enam bulan sekali. Dengan adanya usaha sampingan membuat kerajinan rumput ketak ini, maka mereka bisa mendapat tambahan penghasilan.

Ekspor Ke Mancanegara
Setiap bulannya, produksi tas rumput Mawar Art Shop ini bisa mencapai 1.500 buah per bulan dengan harga jual antara Rp 150.000 – Rp 1,5 juta per buah. Semakin rapat anyaman rumput yang dibuat, semakin mahal pula harga kreasi rumput ketaknya. Hal ini disebabkan karena proses pengerjaannya yang semakin lama dan sulit.

Sejak dua tahun yang lalu, per tiga bulan sekali sebanyak 3.000 buah tas produksi Mawar Art Shop sudah mulai diekspor ke Jepang per tiga bulan. Beberapa pemilik toko kerajinan dari Amerika Serikat, Kanada, dan Australia pun ikut rutin datang dan membeli tas dari Mawar Art Shop.


Mawar juga pernah mendapat pendampingan peningkatan kualitas desain dari Japan External Trade Organization (Jetro) dan dipertemukan dengan para pembeli. Beberapa kali produk Mawar Art Shop ini juga diikutkan pada pameran di Tokyo Gift Show dan Seoul Gift Show.

Selain menerima UNESCO Award, produk Mawar Art Shop juga pernah mendapat Inacraft Award. Luar Biasa!

No comments:

Post a Comment